Toleransi
Antar Iman di Indonesia
“Tidak
penting apapun agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik
untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”. Kutipan dari Gus Dur
ini yang menjadi salah satu inspirasi terbesar saya dan kawan-kawan Forum Pemuda Lintas Iman Sukabumi (FOPULIS) untuk
menyebarkan toleransi melalui dialog antar umat beriman. Berbicara kepercayaan
di Indonesia, berarti kita berbicara lebih luas dari 6 agama besar di
Indonesia. Indonesia memiliki beberapa
agama dan puluhan mungkin ratusan
kepercayaan lainnya. Hanya saja yang
dilayani oleh pemerintah hanya 6 agama besar, dan akhirnya masyarakat pada
umumnya hanya mengetahui 6 agama itu
saja. Inilah awal dari ketidakpahaman sebagian besar masyarakat Indonesia akan keberagaman
iman menurut saya. Dari satu sisi, perbedaan-perbedaan iman
yang ada dilihat dan dinilai sebagai kekayaan bangsa, dimana para
penganut agama/iman yang berbeda bisa
saling menghargai atau menghormati, saling belajar, saling memperkaya dan
memperkuat nilai-nilai keagamaan dan keimanan masing-masing. Keberagaman yang
ada tidak perlu dipertentangkan, tetapi
harus dilihat dari sudut pandang positif dan dijadikan sebagai kekayaan dari
bangsa Indonesia. Kaum beriman dan penganut agama yang berbeda-beda semestinya
bisa hidup bersama dengan rukun dan damai, saling menghargai,saling membantu
dan saling mengasihi. Namun dalam
sejarah kehidupan umat beragama, sering terjadi bahwa perbedaan agama dan iman
dijadikan sebagai pemicu atau alasan pertentangan dan perpecahan. Dibanyak
tempat di Indonesia telah terjadi konflik yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda, serta menghancurkan
sendi-sendi kehidupan diberbagai bidang.
Hal tersebut terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah unsur-unsur
keagamaan dijadikan sebagai pemicu dan sasaran penghancuran dalam konflik
tersebut. Bahkan ada orang-orang tertentu yang menganggap dan menjadikan agama
sebagai dasar atau alasan untuk tidak
boleh hidup bersama atau harus hidup terpisah, tidak boleh berdamai atau rukun
dengan orang yang berbeda agama. Bahkan ada anjuran untuk memusuhi dan
membinasakan orang-orang yang beragama lain. Kenyataan bahwa unsur-unsur
keagamaan dijadikan sebagai pemicu konflik, baik pada tingkat lokal, nasional
maupun internasional akhir-akhir ini.
Kejadian ini tentu sangat memprihatinkan dan mencemaskan banyak orang, terutama
bagi kita bangsa Indonesia umumnya memiliki berbagai jenis suku, agama dan adat
istiadat. Persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, perdamaian dan ketenteraman
akan terancam, terganggu jika hal ini
tidak dapat diatasi. Banyak orang cemas akan ancaman terhadap kesatuan dan
persatuan bangsa, atau akan terjadinya disintegrasi bangsa, yang dipicu dengan
isu agama. Maka kita sebagai pemuda perlu memberi perhatian khusus pada
permasalahan yang ada, mendalami serta mengupayakan langkah-langkah penyelesaian maupun antisipasi. Perlu
diupayakan peningkatan akan pemahaman,
implementasi dan pelestarian akan wawasan kebangsaan kita seperti
tersurat dan tersirat dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal
Ika”.
Pemuda dan Peranannya
Jika
mengacu pada ketentuan PBB, jumlah pemuda Indonesia sesuai hasil Sensus
Penduduk 2010 mencapai 40,8 juta orang atau 17 persen dari jumlah penduduk
Indonesia saat itu yang mencapai 237,6 juta jiwa. Maka, peranan pemuda sangat penting pada saat ini
ataupun dimasa yang akan datang. Sehingga, jika pemuda sejak dini sudah
mengerti apa yang dibutuhkan oleh bangsanya maka akan berdampak baik untuk kedepannya.
Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai jenis agama, suku dan ras. Maka
pemuda Indonesia harus mengerti dan memahami apa itu keberagaman dan bagaimana
cara hidup di dalamnya. Salah satunya mengerti dan mengimplementasikan
toleransi akan keberagaman tersebut.
Tetapi, pada kenyataanya masih
banyak pemuda Indonesia yang belum
memahami dan mengimplementasikan
toleransi tersebut. Seringakali pemuda A membandingkan agamannya
dengan agama B atau ingin mengetahui agama A tetapi bertanya kepada pemuka
agama B sehingga terjadi kekeliruan. Karena setiap agama memiliki kebenaran masing-masing dan agama bukan untuk
diperbandingkan. Pemuda yang mengerti akan toleransi antar umat beriman yang
akan menjadi kuncinya. Maka, dibutuhkan
kegiatan yang bertujuan untuk membuka wawasan pemuda yang ada di Indonesia.
Salah satu kegiatan yang telah kita lakukan adalah mengadakan kegiatan nasional yang bertemakan
semangat toleransi yaitu, Interfaith
Youth Forum pada bulan
September 2012 di kota Palembang. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 pemuda dari berbagai
agama serta berasal dari berbagai
universitas di Indonesia. Road Show CINTA Indonesia (Committee for Interfaith Tolerance) di 5
kota Indonesia (Malang, Palembang, Manado, Lombok dan Jakarta) sejak Januari –
Februari 2013 dan baru saja terlaksana di Ambon pada September 2013 ini serta
di Yogyakarta pada bulan Oktober 2013 nanti. Kegiatan ini sangat membuka
wawasan tentang pentingnya toleransi antar umat beragama. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk membangun semangat para pemuda Indonesia untuk hidup saling
berdampingan dan saling menghargai walaupun berasal dari berbagai agama serta
menjelaskan bagaimana cara berdialog yang baik dan benar. Dialog bukan
berdebat. Watak khas dari dialog ialah kelapangan hati untuk menerima perbedaan
dan tidak memaksakan kehendak. Dalam terminologi Pancasila, kita menyebutnya
musyawarah. Perdebatan, seperti debat calon presiden, mencari argumentasi yang
paling unggul. Perlu digaris bawahi, dialog lebih pas digunakan untuk menggali
wacana, bukan mengambil keputusan praktis. Tidak banyak orang yang menganggap
harmonisasi dalam dialog ini adalah kegiatan yang layak diseriusi. Dialog ini
tidak mendatangkan keuntungan pragmatis. Kebutuhan dan minat setiap individu
dalam memahami agama lain bisa jadi berbeda-beda. Dulu ketika
saya masih kecil, saya mengira kalau umat Hindu dan Budha itu
menyembah berhala. Tetapi pemikiran saya itu berubah setelah saya langsung bertanya dan berdialog
kepada umat Hindu dan Budha. Saya jadi paham bahwa dengan mempelajari agama
lain dan bertanya kepada orang yang tepat, kita akan semakin rendah hati menemukan nilai kebenaran
yang kita yakini juga dimiliki kelompok lain. Saya juga menemukan ajaran Budha yang
indah, jika kamu menghina agama orang lain, kamu menghina agamamu sendiri.
Sebab agama tak pernah mengajarkan energi kemarahan dan
kejahatan. Ini perlu direnungkan oleh seluruh umat beragama. Kegiatan
seperti ini sangat positif, dimana tidak ada ketakutan atapun prasangka antar
umat beragama dalam kegiatan ini. Seluruh peserta merasa damai dan saling mengerti. Ini
adalah gambaran kecil bagaimana seharusnya perdamaian tercipta di
Indonesia. Para pemuda yang telah
mengikuti kegiatan ini dapat menyalurkan atau menyebarkan perdamaian di tempat mereka
masing-masing. Semakin banyak yang mengerti akan hal ini, maka
semakin mudah untuk menyuarakan perdamaian di Indonesia. Bukan konflik agama
yang terjadi di Indonesia namun konflik antar-umat beragama. Agama tidak salah.