Sudah hampir satu tahun lama saya ikut gabung di program penggulangan Hiv dan Aids. Banyak sekali pengalaman yang saya dapat dari program tersebut. Kebetulan saya ditugaskan untuk menjangkau Kelompok gay atau yang lebih tepatnya Laki-laki seks laki-laki (LSL), awalnya saya ragu bisa bergabung dengan mereka dan saya belum mengatuhui komunitas itu seperti apa?, dan juga masih terpatri dalam benak saya, bahwa gay adalah perilaku seks menyimpang dan salah satu penyebab kenapa kaum Nabi Luth dibinisakan dimuka bumi ini oleh Tuhan yang Maha Esa.
Berjalnnya waktu, sayapun bisa berkomunikasi dengan kelompok yang terbilang eksklusif ini, dan saya bisa belajar banyak dari kelomok tersebut, pertama tentang pandangan yang salama ini mengakar, bahwa gay adalah salah penyakit seksual yang menyimpang yang bisa diobati atau ditrapi. Namun sayang asumsi yang selama ini melekat dalam benak saya, itu salah. Setelah berinteraksi langsung dengan mereka, saya gali sebanyak -banyaknya infirmasi dari mereka. Mengapa kalian menjadi seorang mohoseksual (GAY)? Apakah kalian korban pelecehan? Apakah kalian terbawa arus lingkungan? Atau karena kalian salah asuh?.
Itu yang sering saya tanyakan kepada mereka saat saya kelapangan, disela-sela saya memberi edukasi tentang bahaya HIV dan Aids.
Tidak ada jawaban yang pasti yang dilontarkan oleh kawan-kawan yang saya temui dilapangan, dalam menentukan penyebab menjadi homoseksual. Namun pada umumnya percaya bahwa orientasi seksual seseorang ditentukan dari kombinasi berbagai faktor, antara lain lingkungan, budaya, emosional, hormonal, dan biologis. Maka tiap orang pasti dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda.
Namun, ada sebagian dampingan saya berpendapat, ”Saya menjadi gay tidak tahu faktornya ka, waktu itu saya lulus SMP dan entah kenapa saya lebih tertarik pada laki-laki dari pada perempuan, padahal ka waktu itu,factor lingkungan sangat tidak mungkin, karena saya tinggal dikeluarga dan lingkungan yang religius, tapi entah kenapa perasaan saya suka sama laki-laki semakin menggebu-gebu waktu saya kalas 2 SMA”. Ungkapnya dengan lirih.
Memang tidak mudah untuk meneliti mengapa seseorang bisa menjadi Homoseksual, factor dampingan saya tadi, menunjukkan kemungkinan bahwa homoseksual bisa jadi disebabkan oleh kelebihan hormon androgen, saat janin masih dalam tahap pertumbuhan.
Di sisi lain, ada anggapan bahwa homosekslllal adalah perilaku menyimpang. Namun faktanya, The American Psychiatric Association (APA) dan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa" homoseksualitas tidak termasuk daftar penyakit psikologis. Begitu juga Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi II (PPDGJ II) yang diterbitkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1983, menyebutkan bahwa orientasi seksual bukanlah suatu gangguan.
Meski demikian, homoseksual tidak lepas dari masalah dalam interaksi sosial karena adanya prasangka, stigma, dan diskriminasi, sehingga tidak jarang kaum homoseksual memilih untuk menyembunyikannya. Sehingga kami dari sangat sukar untuk menditeksiny