BAB II
LANDASAN
TEORI TENTANG MUSABAQOH QIRA’ATUL KUTUB DENGAN MINAT BELAJAR
A.
Musabaqoh
Qira’atul kutub
1.
Pengertian Musabaqoh Qira’at Kutub
a.
Pengertian musabaqoh
Dalam bahasa inggris musabaqoh adalah competition
yang berarti perlombaan,persaingan atau pertandingan. Kompetisi adalah kata
kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali
ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau
with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan
kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman (1993),
kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain
atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau
berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.
Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling
mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk
memperebutkan objek yang sama. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompetisi).
Kompetisi merupakan kodrat manusia bahkan
ketika manusia belum dilahirkan ke alam dunia kompetisi telah berlangsung, 250
juta sel sperma berkompetisi hanya untuk bisa membuahi satu buah sel telur
(ovarium) yang ada di dalam rahim, Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti
(2006:36). mengumpakan sel telur sebagai
ratu yang sangat cantik dan sel sperma sebagai kesatria. Kesatria itu jumlahnya
250 juta (sperma) dan berlomba hanya untuk menjadi pendamping si ratu (ovarium).
Bagi kesatria mana pun yang unggul dengan menyisihkan semua pesaingnya dan bisa
menikah dengan si ratu (Pembuahan). Sejatinya manusia hidup di dunia itu tidak
mudah karena sebelum lahir pun manusia telah melakukan sebuah kompetisi yang
sangat luar bisa melawan 250 juta bakal manusia lainnya.
Perlombaan yang wajar dengan mematuhi
aturan main tertentu disebut perlombaan sehat dan memberi dampak positif bagi
pihak-pihak yang bersaing, aitu adanya motivasi untuk lebih baik. Namun jika perlombaan
sudah tidak sehat , maka perlombaan akan memberi dampak buruk bagi kedua belah
pihak.
Awal mula diadakannya sebuah kompetisi atau
perlombaan yaitu sejak jaman yunani kuno konon pada tahun 776 sebelum masehi.
Kegiatan itu diikuti seluruh bangsa Yunani dan dilangsungkan untuk menghormati
dewa tertinggi mereka, Zeus. Zeus bermukim di Gunung Olimpus yang kemudian
dipakai sebagai nama Olimpiade hingga sekarang. Olimpiade kuno juga
diselenggarakan setiap empat tahun, para olahragawan terbaik dari seluruh
Yunani berdatangan ke arena di sekitar Gunung Olimpus. Mereka bertanding secara
perorangan, bukan atas nama tim. (http://id.wikipedia.org/wiki/Olimpiade).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kompetisi atau perlombaan adalah sebuah proses yang melibatkan individu atau
kelompok yang saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan
atau tertentu. Perlombaan dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan
sesuatu yang terbatas atau sesuatu yang menajadi pusat perhatian umum.
Perlombaan berlangsung tanpa ancaman atau kekerasan.
Menurut Maxel (1998) ada beberapa faktor yang menyebabkan tumbuhnya
perlombaan.
1) Adanya persamaan kepentingan dalam hal yang sama.
2) Adanya perselisihan paham yang mengusik harga diri
seseorang.
3) Adanya perbedaan pendapat mengenai sesuatu hal yang
bersifat prinsip.
4) Adanya perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok
masyarakat.
5) Adanya perbedaan kepentingan politik.
Dalam sebuah perlombaan pasti akan ada
kehadiran musuh atau pesaing, pepatah mengatakanmenemukan satu orang kawan lebih sulit dibandingkan menemukan seribu
orang musuh atau kita tidak mungkin
memiliki jutaan kawan tanpa memiliki satu orang musuh. Dari pepatah
tersebut dapat disimpulkan bahwa didalam hidup sejatinya akan selalu hadir
musuh, Bahkan tuhan pun memberikan manusia musuh seperti dalam al-quran :
أَلَمْ أَعْهَدْ
إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لاَّ تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Bukankah Aku telah memerintahkan
kepada kalian, wahai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah Setan? Sesungguhnya
Setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian”.
Dalam ayat tersebut terdapat “innahu lakum a’dwun mubiin” Ahmad
Musthofa Al-Marogi (1985 Judz 12:26) menyebutkan bahwa setan itu adalah musuh
yang nyata bagi keturunan anak adam bahkan manusia bahkan setan itu musuh
manusia (adam) ketika manusia belum diturunkan kebumi yaitu disurga.
Dikarenakan setan itu mengajak kepada kesesatan dan kerusakan.
Jika dilihat dari konotasi makna musuh itu
sendiri selalu berkesan negatif, namun yang akan diangkat pada tulisan ini
adalah peranan musuh yang positif dan yang berhubungan erat dengan perlombaan.
Setiap orang ingin mencari sahabat dan
kawan sebanyak mungkin, bukannya mencari musuh atau lawan. Namun, kali ini penulis
memiliki pendapat yang sedikit berbeda yaitu memiliki musuh itu penting. Musuh yang
penulis maksud disini bukanlah musuh dalam arti yang negatif, melainkan musuh
dalam arti yang positif. Musuh yang penulis dimaksud disini adalah pesaing atau
orang-orang berada disekitar yang merupakan musuh, tetapi sekaligus berfungsi
sebagai orang terbaik bagi seseorang, sebab dia dapat menjadi motivator untuk
terus menjadi lebih baik dan lebih baik setiap harinya khususnya dalam sebuah
perlombaan. Ada kecenderungan bahwa setiap orang itu membutuhkan pesaing atau
‘musuh-musuh’ dalam arti yang positif untuk membuat semangat di dalam dirinya
menggebu-gebu. Disadari atau tidak, salah satu ciri sebagian besar orang adalah
ingin menjadi yang terbaik, menjadi yang nomor satu, lebih hebat dibanding
orang lain, lebih sukses, lebih kaya, atau lebih-lebih yang lain. Hampir semua
dari orang selalu ingin menjadi lebih dari orang lain. Orang-orang lain yang
ingin seseorang lebihi itu sebenarnya adalah musuh seseorang tersebut, namun
mereka bukanlah musuh yang jahat atau musuh dalam arti negatif. Mereka adalah
‘musuh-musuh’ positif dan justru harus berterima kasih kepada mereka karena
sebenarnya merekalah yang telah membantu ‘membangkitkan’ kembali gairah serta
semangat di dalam diri untuk selalu berupaya untuk menjadi yang terbaik setiap
harinya.
b.
Pengertian Qira’at
Qira’at secara bahasa adalah
membaca, banyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan tentang membaca
diantaranya Samsu Somadayo (2011: 4) mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu
kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam
bahan tulis, sedangkan membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit.
Kompleksberarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan
faktoreksternal pembaca. Faktor internal berupa intelegensi, minat, sikap,
bakat,motivasi, tujuan membaca, dan lain sebagainya. Faktor eksternal bisa
dalambentuk sarana membaca, latar belakang sosial dan ekonomi, dan
tradisimembaca. Rumit artinya faktor eksternal dan internal saling
berhubunganmembentuk koordinasi yang rumit untuk menunjang pemahaman bacaan(Nurhadi,
2008 : 13). Muhammad
Rokib menyebutkan (2011: 105) bahwa membaca dapat meningkatkan dan mendorong
keaktifan santri. Kemudian membaca pun dapat dimodifikasi dengan sedemikian
rupa contohnya dengan seni, perlombaan dll.
c.
Pengertian
Kitab
Kitab
adalah istilah yang disematkan pada buku-buku berbahasa arabyang biasa
digunakan di banyak pesantren sebagai bahan pelajaran. Pada umumnya kitab ini
dikenal sebagai kitab kuning. Dinamakan kitab kuning karena kertasnya berwarna
kuning, sebenarnya warna kuning itu hanya kebetulan saja, lantaran dahulu
barangkali belum ada jenis kertas seperti zaman sekarang yang putih warnanya. Mungkin di masa lalu yang tersedia memang
itu saja. Juga dicetak dengan alat cetak sederhana, dengan tata letak lay-out
yang monoton, kaku dan cenderung kurang nyaman dibaca. Bahkan kitab-kitab itu
seringkali tidak dijilid, melainkan hanya dilipat saja dan diberi kover dengan
kertas yang lebih tebal.
Kitab kuning, yang umumnya merupakan penjabaran dan pemahaman dari
ajaran-ajaran Al-qur’an dan Hadist, adalah hasil refleksi atas banyak hal yang
melingkupi diri mu`allif, diantaranya kondisi sosio-kultural, sosio-politik,
kecenderungan pemikiran, dan motif-motif lain yang terkait. Bahasa atau simbol
tulisan disadari tidak mampu memfasilitasi seluruh kehendak mu`allif berikut
dimensi yang mengitari tersebut. Pemikiran-pemikiran di dalam kitab kuning,
dengan demikian, hadir bersamaan dengan dan menurut konteks-nya sendiri.
Secara umum, keberadaan kitab-kitab ini sesungguhnya
merupakan hasil karya ilmiyah para ulama di masa lalu. Kitab ini terdiri dari
12 pan ilmu dan alat untuk mengkaji al-quran dan al-hadist diantarannya :
1) Shorof
Ilmu ini membahas tentang morfologi suatu kalimah (kata) dalam bahasa
arab. Perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain untuk menghasilkan makna yang
dimaksud.
2) Nahwu
Ilmu ini membahas gramatikal bahasa arab seperti bagaimana status
jabatan kalimah (kata) dalam suatu kalam (kalimat). Apakah dia menjadi Fa’il
(pelaku/subjek), Maf’ul (objek), Na’at (sifat), dan lainnya.
3) Khot
Ilmu yang mebahas tata cara penulisan tulisan arab. Dalam bahasa arab
ada standar tujuh jenis tulisan, yaitu Naskhi, Kufi, Tsulusi, Riq’ah, Diwani,
Diwani Jali, dan Farisi.
4) A’rudl
Dalam ilmu inilah istilah Bahar itu dipelajari. Bagaimana suatu nadhm
bisa disusun dengan menggunakan enam belas bahar yang sudah ada.
5) Bayan
Ilmu ini membahas tentang majas dan perumpaman dalam bahasa arab.
Seperti halnya ilmu Shorof, ilmu ini juga hanya membahas satu kalimah (kata)
tanpa melihat hubungannya dengan kalimah yang lain.
6) Ma’ani
Pembahasan ilmu ini lebih ke penambahan makna yang timbul karena terjadi
perubahan susunan kalimah bahasa arab. Jadi, ilmu ini tidak hanya membahas satu
kalimah saja, tapi melihat hubungannya dengan kalimah yang lain.
7) Qofiyah
Ilmu ini mengatur bagaimana ujung satar awal harus sama dengan ujung
satar tsani dalam suatu bait. Satar adalah potongan setengah bait dari suaatu
nadhm.
8) Syi’ir
Ilmu ini membahas tentang bagaiman cara membuat suatu Syi’iran tentunya
dalam bahasa arab.
9) Isytiqoq
Pencetakan suatu lafadh dari lafadh yang lain adalah objek kajian ilmu
ini. Jika ingin mengetahui, sebenarnya lafadh Allah-pun dicetak dari lafadh
Ilahun setelah melalui perubahan-perubahan. Demikian pula dengan lafadh-lafadh
yang lain.
10) Insya
Ilmu ini membahas bagaimana membuat suatu kalam (kalimat) yang benar
dalam bahasa arab. Biasanya latihan ilmu ini adalah dengan menyusun kalam dari
runtutan kalimah yang sembarang.
11) Munadhoroh
Kadang kala seseorang perlu ber-Munadhoroh (argumen) dengan pendapat orang
lain agar argumen yang diungkapkan sesuai dengan aturan, dibuatlah ilmu ini.
12) Lughot
Ilmu ini membahas tentang mufrodat (kosa kata) dalam bahasa Arab.
Semisal vocabulary dalam bahasa Inggris.
Secara bahasa kitab dan
buku adalah suatu hal yang sama. Namun masyarakat di Indonesia pada umumnya
mengartikan kitab itu adalah buku yang berbasa arab yang di karang oleh
ulama-ulama salaf (klasik).
Musabaqoh Qira’atul kutub berasal dari bahasa arab. Musabaqoh
yang berarti perlombaan. Sedangkan kata qira’tul kutub adalah susunan dua
buah kata yang diidhofatkan yang berarti membaca kitab, jadi secara bahasa
perlombaan membaca kitab (Mahmud Yunus,
1990 : 162).
Dari
uraian diatas disimpulkan bahwa Musabaqoh Qiratul Kutub adalah perlombaan antara individu maupun
kelompok (pesrta perlombaan) demi menggapai tujuan atau objek yang sama dengan
cara mempertandingkan kemahiran dan kemampuan dalam membaca serta memahami isi
kitab kuning.
2.
Sejarah Singkat Musabaqoh Qira’atul kutub Nasional
Musabaqoh Qira’atul
Kutub (MQK) petama kali digelar di PP.
Al Falah Bandung tahun 2004,penyelenggaraan MQK ke 2 di PP. Lirboyo Kediri,
Jawa Timur Tahun 2006. Pesantren Al-Falah Banjarbaru Kalimantan Selatan
didaulat sebagai tuan rumah MQK ke 3 tahun 2008, sedangkan MQK ke-4 digelar di
PP. Nahdlatul Wathan Pancor NTB tahun 2011. Sedangkan MQK ke 5 akan di gelar di
Provinsi Jambi tepatnya di PP. As`ad Tebo Jambi tahun 2014.
Mahbub Daryanto selaku Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Jambi mengatakan bahwa digelarnya MQK para santri
dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengaji dan mengkaji kitab kuning. MQK
juga sebagai salah satu wahana kompetisi bagi para santri dalam menunjukkan
kemahirannya dalam membaca, memahami, dan menjelaskan kandungan kitab kuning (al-kutub
al-turats) sebagai tradisi keilmuan pada pondok pesantren di Indonesia. MQK
bertujuan untuk kesinambungan (kontinuisitas) tradisi akademis di pondok
pesantren. Selain itu untuk meningkatkan kompetensi stakeholder
pesantren, khususnya santri, ustadz dan kyai dalam hal kajian kitab kuning.
Selain itu untuk memberikan rekognisi negara atas dunia akademis pesantren,
yang selama ini telah diakui oleh dunia internasional khususnya di Timur Tengah
dan Asia. Dalam konteks menangkal bahaya gerakan trans-nasional MQK bertujuan
sebagai upaya mencegah gerakan trans-nasional, radikalisasi keagamaan di
Indonesia.
Musabaqah Qira’atul
Kutub (MQK) merupakan Ajang lomba membaca kitab kuning yang digelar bertujuan
untuk mendorong kecintaan santri terhadap kitab rujukan berbahasa Arab serta
kemampuan santri melakukan kajian agama Islam dari sumber kitab tersebut.
Selain itu, MQK juga bertujuan menjalin silaturahmi antar pondok pesantren di
Indonesia, serta meningkatkan peran lembaga pendidikan tersebut sebagai lembaga
pendidikan Islam dalam mencetak kader ulama dan tokoh masyarakat masa depan.
(http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=)
3.
Sejarah singkat
Musabaqoh di Pondok Pesantren
Assalafiyyah.
Berawal dari memperingati
hari besar islam yaitu maulid nabi Muhammad SAW pondok pesantren Assalafiyyah
mengadakan perlombaan dalam berbagai
bidang keilmuan dalam islam diantaranya, perlombaan dakwah, adzan,
membaca kitab kuning, tahfiz al-kutub, membaca al-quran, lomba cerdas cermat,
dan lomba futsal.
Adapun landasan awal dilaksanakan
pekan musabaqoh ini adalah sebagai tahap evaluasi pembelajaran santri selama belajar
di pondok pesantren Assalafiyyah. Dimana musabaqoh adalah tahap penyaringan,
dan basis standarisasi untuk mengetahui kemampuan santri dalam menimba ilmu.
Kemudian hasil dari
musabaqoh tersebut dijadikan acuan bagi atau tidaknya seorang santri naik kelas
atau tidaknya. Ini merupakan sebuah inovasi metode yang dijalankan di pondok
pesantren Assalafiyah karena memang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Musabaqoh pondok pesantren assalafiyyah pertama
kali dilaksanakan pada tahun 1996, musabaqoh ini dilaksanakan selama 2 minggu
dan ditutup oleh peringatan maulid nabi muhammad dan pembagian hadiah terhadap
mereka yang menjadi juara tiap ajang perlombaan.
4.
Peranan Musabaqoh
Qira’atul Kutub.
Di tengah-tengah kelesuhan belajar kitab kuning itu, ternyata ada
beberapa upaya yang dilakukan berbagai kalangan untuk menghidupkan kembali
khazanah keilmuan dalam kitab kuning.
Salah satunya penyelenggaraan Musabaqah Qira’atul Kutub, disingkat MQK.
Selama ini orang hanya mengenal MTQ atau Musabaqah Qira’atul Quran. Kini sejak
tahun 2004 Departemen Agama juga menggelar MQK setiap dua tahun sekali untuk meningkatkan
semangat pengkajian kitab kuning di lingkungan pesantren.
Untuk mengikuti kegiatan ini, setiap peserta dari pesantren harus
mengikuti seleksi dan berkompetisi di level propinsi masing-masing, lalu para
juara di propinsi itulah yang akan berlaga di MQK tingkat nasional. Secara
luas, tujuan kegiatan ini adalah :
1) Menjalin ukhuwah yang mempersatukan santri dari berbagai kalangan dan
penjuru nusantara.
2) Mendorong dan meningkatkan kecintaan para santri terhadap kitab-kitab
kuning, mengingat belakangan ini para santri sibuk bahkan terlena dengan
buku-buku putih di sekolah.
3) menanamkan paradigma “dari mengaji menjadi mengkaji” di kalangan para
santri.
Tentu saja mengaji dan mengkaji adalah dua hal yang berbeda. Kalau
mengaji hanya sekadar membunyikan atau membaca, sementara mengkaji mensyaratkan
kemampuan logika (mantiq), rasionalitas, serta perspektif kritis dalam memahami
teks dan meneliti suatu masalah.
Biasanya kitab-kitab yang diujikan adalah kitab standar yang menjadi
rujukan utama kajian-kajian keagamaan di pesantren, antara lain Tafsir Jalalain
dan al-Maraghi (tafsir), Fathul Qarib dan Fathul Mu’in (fikih), Bulughul Maram
dan Fathul Bari (hadis), serta Imrithi dan Alfiyah Ibn Malik (lughah). Dalam
ajang perlombaan ini, para santri tidak hanya dituntut mahir dalam membaca
kitab gundul, tapi mereka juga harus piawai dalam memahami makna serta
menginterpretasikannya dalam konteks kekinian. Dengan demikian, maka perlombaan
ini tak sekedar artifisial, tapi benar-benar menggali khazanah keilmuan Islam
melalui kitab-kitab kuning yang belakangan ini sangat terpinggirkan.
Kontekstualisasi yang dimaksud dalam wacana ini adalah; pertama, suatu
proses pemahaman kitab kuning yang mengacu kepada kenyataan syakhshiyyah maupun
ijtima’iyyah yang melatarbelakangi kehadirannya; kedua, upaya memahami kitab
kuning yang tidak terbatas pada makna-makna harfiyah, tetapi mampu menyentuh
substansi (natijah) pemikiran yang menjadi jiwanya; ketiga, proses belajar dan
mengajar kitab kuning yang mengacu kepada kegunaan praktis dalam kehidupan
masyarakat.
Dengan begitu, kontekstualisasi kitab kuning di zaman serba instan ini
akan melahirkan tajdid fahm al-syari’ah, yaitu suatu upaya menjabarkan ajaran
Islam, sesuai dengan tuntutan kondisi yang terus berubah untuk mewujudkan
kemaslahatan umat, baik di dunia maupun di akhirat.
B. Minat Belajar
1)
Pengertian Minat Belajar
a.
Pengertian Minat
Minat merupakan
salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusiamencapai tujuan. Seseorang
yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian atau
merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut.Namun, apabila objek
tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki
minat atas objek tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau
rasa senang seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat
seseorang tersebut.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Taufani (2008:39) bahwa minat merupakan suatu kecenderungan
yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas-aktivitas
dalam bidang tertentu. Minat bukan bawaan dari lahir, melainkan dapat
dipengaruhi oleh bakat. Minat diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasa
sehingga menjadi kebiasaan. Menurut
Slameto (2010:180) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan, yaitu kegiatan yang diminati seseorang akan
diperhatikan terus-menerus dan disertai dengan rasa senang.
Minat
adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada
bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu
(Winkel, 1984: 30). Adanya suatu ketertarikan yang sifatnya tetap di dalam diri
seseorang yang sedang mengalaminya atas suatu bidang atau hal tertentu dan
adanya rasa senang terhadap bidang atau hal tersebut, sehingga seseorang
mendalaminya.
Minat
adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu
situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya (Witherington,1983: 135), minat merupakan suatu kesadaran yang ada pada diri seseorang tentanghubungan
dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Hal-hal yang ada diluar
diri seseorang, meskipun tidak menjadi satu, tetapi dapat berhubungan
satudengan yang lain karena adanya kepentingan atau kebutuhan yang bersifat
mengikat.
Minat
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakandorongan bagi perbuatan
tersebut. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan(motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, motifmenggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motives). Darimanipulasi dan
eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama-kelamaantimbullah minat
terhadap sesuatu tersebut. Apa yang menarik minat seseorangmendorongnya untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik (Purwanto, 2007: 56). Minat,mampu memberikan
dorongan kepada seseorang untuk berinteraksi dengan dunialuar yang sekiranya
menarik untuk diketahui, menjadikannya memiliki semangattinggi untuk mengetahui
sesuatu yang telah menarik hatinya.
Minat
bukanlah merupakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitusaja, melainkan
merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan (Singer, 1991: 93).Minat yang telah
ada dalam diri seseorang bukanlah ada dengan sendirinya, namunada karena adanya
pengalaman dan usaha untuk mengembangkannya.Minat dapat timbul karena daya
tarik dari luar dan juga datang dari hatisanubari. Minat yang besar terhadap
sesuatu merupakan modal yang besar artinyauntuk mencapai atau memperoleh benda
atau tujuan yang diminati itu. Minat belajaryang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajaryang kurang akan menghasilkan
prestasi yang rendah (Dalyono, 1996: 56-57).
Minat
dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam
suatu kegiatan. Tidak adanya minat dapat mengakibatkan siswa tidak menyukai
pelajaran yang ada sehingga sulit berkonsentrasi dan sulit mengerti isi mata
pelajaran dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar. Minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai
suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap objek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek
tersebut. Dalam
usaha untuk memperoleh sesuatu, diperlukan adanya minat. Besar kecilnyaminat
yang dimiliki akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh.Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahanyang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbinsyah,
2011: 152).Minat merupakan suatu dorongan yang kuat dalam diri seseorang
terhadap sesuatu.Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpaada yang minat dapat timbul dengan sendirinya,yang
ditengarai dengan adanya rasa suka terhadap sesuatu.
Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan diri sendiridengan sesuatu
di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakinbesar minatnya
(Djaali, 2007: 121). Adanya hubungan seseorang dengan sesuatu diluar dirinya,
dapat menimbulkan rasa ketertarikan, sehingga tercipta adanyapenerimaan. Dekat
maupun tidak hubungan tersebut akan mempengaruhi besarkecilnya minat yang ada.
Minat
adalah gejala psikologis yang menunjukkan bahwa minat adanyapengertian subjek
terhadap objek yang menjadi sasaran karena objek tersebutmenarik perhatian dan
menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepadaobjek tersebut. Adanya
ketertarikan seseorang terhadap sesuatukarena sesuatu tersebut mampu
menimbulkan perasaan senang.
Minat
adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairahatau keinginan
(Purwadarminta, 2007: 744). Secara sederhana, minat (interest)berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besarterhadap
sesuatu (Baharudin, 2007: 24). Keinginan seseorang yang begitu besarterhadap
sesuatu menimbulkan kegairahan yang besar terhadap sesuatu tersebut.
Minat
adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untukmelakukan apa yang ingin
dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilaibahwa sesuatu akan
bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebutakan mendatangkan
kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akanmenurun. Sehingga
minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementaraatau dapat
berubah-ubah (Hurlock, 1993). Minat merupakan dorongan untukmelakukan sesuatu
sesuai dengan keinginan yang nantinya dapat mendatangkankepuasan, yang mana
kepuasan itu akan mempengaruhi kadar minat seseorang.Minatmemungkinkan
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas, karena minat merupakandorongan yang
paling kuat dari dalam diri seseorang. Besar kecilnya minat, akansangat
berpengaruh terhadap aktivitas seseorang.
Dari
pengertian diatas disimpulkan bahwa minat adalah sebuah kecenderungan hati dan
motivasi atau gejala psikologis dan dari seseorang tanpa paksaan dan atas
kehendak diri sendiri untuk melakukan sebuah aktivitas demi tercapainya tujuan
yang akan dicapainya dikarnakan adanya sebuah sangkut paut dengan dirinya.
b.
Pengertuian Belajar
Dalam
kamus besar bahasa indonesia belajar berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman.
Cornbach membeikan definisi tenteng belajar yaitu learning
is shown by a change in behavior as a result of experience. Harold spears
memberikan batasan Learning is to observe to read, too imitate, to try
something themselves, to listen, to follow direction. Geoch mengatakan, Learning
is a change in performance as a result of paractice. Dari ketiga definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sudirman, 2010:20).
Belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau
perubahan yang intensif atau bersifat temporer. (Oemar Hamalik, 1983:18).
Skinner berpendapat
bahwa belajar adalah suatu perilaku pada
saat oranng belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya jika ia
tidak belajar, maka responnya menurun.Namun Gagnes, merumuskan bahwa belajar
merupakan kegiatan yang kompleks, yaitu setelah belajar orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikan dan nilai. Sedangkan Henry Clay Lingren dan
Newtin Suter mendefinisikan dengan perubahan yang relatif permanen dalam bentuk
tingkah laku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Kemudian James W. Vander
Zanden mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil pengalaman. Sebuah proses yang
didapatkan dari penambahan yang relatif stabil yang terjadi pada tingkah laku
individu yang berintegrasi dengan lingkungan.Selanjutnya Biggs mendefinisikan
belajar menjadi tiga macam rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan
institusional dan rumusan kualitatif. (Ramayulis 2013 :336).
Belajar
dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Surya, 1997).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
Adanya suatu proses interaksi yang dilakukan seseorang di suatu lingkungan,akan
menghasilkan pengalaman dan perubahan perilaku yang baru secaramenyeluruh.
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melaluiinteraksi dengan
lingkungan (Hamalik, 2003 dalam Jihad, 2008: 2). Bahwa interaksiyang dilakukan
oleh sesorang dengan lingkungannya, merupakan suatu prosesperubahan tingkah
laku seseorang tersebut.
Dari
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa minat belajar adalah suatu dorongan atau kegairahan yang tinggi dalam hal
pemusatan perhatian terhadap kegiatan belajar melalui interaksi dengan
lingkungannya dan akan menimbulkan perubahan perilaku.
Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diriseseorang.
Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk,
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan,
kebiasaan dan perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada individu yang
belajar.
Perubahan-perubahan
tersebut terjadi karena berbagai usaha yang dilakukan olehindividu yang
belajar, dan perubahan yang terjadi berupa hasil belajar (Syarifudin,2010: 24).
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku maupun kecakapan (Purwanto, 2007: 102).
Seseorang
yang belajar akan mengalami perubahan yang baik di dalam dirinya.Perubahan
tersebut akan mempengaruhi di segala aspek, baik di dalam bidangakademik maupun
pergaulan dengan lingkungannya.
Pembelajaran
menunjuk pada proses belajar yang menempatkan pesertasebagai center stage
performance. Pembelajaran lebih menekankan pada tumbuhnyakebutuhan peserta
didik terhadap kesadaran dalam memahami arti penting interaksidirinya dengan
lingkungan yang menghasilkan pengalaman. Kebutuhan baginyamengembangkan seluruh
potensi kemanusiaan yang dimilikinya (Suprijono, 2009:x). Peserta atau siswa di
dalam pembelajaran ditempatkan sebagai pusat perhatian, siswa memiliki
kesadaran betapa pentingnya menjalin sebuah hubungan yang timbalbalik dengan
lingkungan dan hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan
potensi yang dimikinya.
Perbuatan
belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, di antaranya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahanyang terjadi disadari
oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akanberdampak pada fungsi
kehidupan lainnya. Selain itu, perubahan bersifat positif, terjadi karena peran
aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, tujuan perubahan yang terjadi
meliputi keseluruhan tingkah laku, yaitu sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya (Jihad, 2008: 4). Adanya hubungan timbal-balikseseorang dengan
lingkungannya yang mampu membuat perubahan yang positifdalam diri seseorang,
terjadi karena adanya peran aktif dari diri seseorang. Perubahanpositif itu
akan berkembang sesuai dengan keaktifan dari diri pembelajar
tersebut.Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individuuntuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagaihasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya(Surya, 2004). Suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan suatuperubahan perilaku yang positif di dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Pembelajaran
merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks
kegiatan belajar mengajar (Knirk dan Gustafson, 2005). Pembelajaranadalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatulingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Segala sesuatu
yangberkaitan dengan proses belajar, yang telah dirancang oleh guru dalam sebuah
prosesinteraksi yang sistematis untuk membantu seseorang dalam mempelajari
suatu halbaru di dalam suatu lingkungan.
Disamping
definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain yang cukup banyak,
baik yang dilihat secara makro maupun yang dilihat secara mikro. Secara makro,
dilihat dari pengertian luas belajar merupakan kegiatan psiko-fisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti mikro, dilihat dalam arti
sempit belajar adalah usaha penguasaan materi pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya keperibadian seutuhnya. Relevan dengan
ini bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi dalam konsep ini
dalam praktiknya banyak dianut oleh sekolah-sekolah (Sudirman, 2010:21).
Dengan melihat berbagai pendapat di atas, makadapat
disimpulkan bahwa belajar itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Belajar merupakan sebuah rangkaian
kegiatan.
2) Kegiatan pembelajaran haruslah dapat mengarah pada tingkat
perubahan.
3) Perubahan yang dimaksud adalah perubahan
segala aspek tingkah laku manusia baik sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Setelah membahas tentang pengertian minat dan belajar
maka yang dimaksudkan tentang minat belajar itu ialah kondisi atau keadaan
psikologis yang dialami oleh siswa untuk menerima atau melakukan suatu
aktivitas belajar.Sejatinya untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan
belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid
harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan
tingkah laku siswa sebagai hubungan timbal balik dari hasil sebuah pengajaran.
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar
mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap
pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran
tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda
minat.
2.
Aspek-aspek
Minat Belajar
Seperti
yang telah di kemukakan bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan
terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan
menekuni segala hal yang berkaitan dengan minatnya tersebut. Minat yang diperoleh melalui adanya suatu
proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian
menghasilkan suatu penilaian-penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan
minat seseorang.
Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh
melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan
mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek
yang dihadapinya.
Minat
merupakan kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupundalam sanubari
yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu halsehingga mengarahkan
perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkanperasaan senang.
Aspek
minat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspekafektif, dan aspek psikomotor (Hurlock, 1995: 117). Ketiga
aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Aspek kognitif.
Aspek
kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak mengenai hal-hal
yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek kognitifberpusat seputar
pertanyaan, apakah hal yang diminati akan menguntungkan?
Apakah
akan mendatangkan kepuasan? Ketika sesorang melakukan suatuaktivitas, tentu
mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses suatuaktivitas tersebut.
Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap suatuaktivitas akan dapat mengerti
dan mendapatkan banyak manfaat dari suatuaktivitas yang dilakukannya. Jumlah
waktu yang dikeluarkan pun berbandinglurus dengan kepuasan yang diperoleh dari
suatu aktivitas yang dilakukansehingga suatu aktivitas tersebut akan terus
dilakukan.
b.
Aspek
Afektif
Aspek
afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek
kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang
diminatinya. Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari
pengalamanpribadi, sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung aktivitas
yangdiminatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal
karena kepuasan dan manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan
respon dari orang tua, guru, kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang
tersebut akan fokus pada aktivitas yang diminatinya. Dan akanmemiliki
waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi untukmelakukan suatu
aktivitas yang diminatinya tersebut.
c.
Aspek Psikomotor
Aspek
psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan,
sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek kognitif dan
diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga mengorganisasi dan
diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang
memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan berusaha mewujudkannya sebagai
pengungkapan ekspresi atau tindakan nyata dari keinginannya.
Adapun indikator
minat ada empat, yaitu: perasaan senang, ketertarikan siswa,perhatian siswa,danketerlibatan
siswa (Safari, 2003).
Masing-masing
indikatortersebut sebagai berikut:
1)
Perasaan
Senang
Seorang
siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu matapelajaran,
maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya.Tidak ada
perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.
2)
Ketertarikan
Siswa
Berhubungan
dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasatertarik pada orang,
benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yangdirangsang oleh
kegiatan itu sendiri.
3)
Perhatian
Siswa
Perhatian
merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan danpengertian,
dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yangmemiliki minat pada
objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objektersebut.
4)
Keterlibatan
Siswa
Ketertarikan
seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebutsenang dan tertarik
untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objektersebut.
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajat
Minat
belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah. Olehnya itu
perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan
melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu.
a. Faktor Internal
1).
Fisiologis
Secara
umum kondisi fisiologis anak seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan
capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya dan
sebagainya, akan membantu dalam proses dan hasil belajar.
2).
Psikologis
Sebagai
mana yang diketahui mengenai dasar-dasar psikologi belajar, dimana setiap
manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda (terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis), maka sudah tentu
perbedaan-perbedaan itu sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seperti
minat yang rendah, tentu hasilnya akan lain jika dibandingkan dengan anak yang
belajar dengan minat yang tinggi.
b. Faktor eksternal
1). Keluarga
Keadaan
keluarga juga sangat mempengaruhi minat belajar anak, seperti dorongan dan perhatian orang tua terhadap belajar,
perceraiaan, ekonomi orang tua, banyak saudara, kekerasan dalam rumah tangga.
2). Lingkungan
Kondisi
lingkungan juga mempengaruhi minat belajar siswa, seperti letak sekolah terlalu
jauh dari rumah, tempat keramaian dan sebagainya.
3). Faktor Instrumen
Faktor keberadaan
dan penggunaanya dirancang untuk mempengaruhi hasil dan minat belajar,
seperti gedung sekolah, alat-alat sekolah, kurikulum, dan lain-lain (Tampubolon 1993:41)
Disamping
faktor-faktor yang telah disebutkan
diatas, namun ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi besar atau kecil
minat seorang siswa terhadap belajar. Adapun faktor tersebut adalah :
a. Motivasi
Minat
seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat
internal ataupun eksternal. Menurut D.P.Tampubolon minat merupakan perpaduan
antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi(Tampubolon
1993:41).Siswa yang ingin memperdalam Ilmu pengetahuan tentang tafsir misalnya,
tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir,
mendiskusikannya, dan sebagainya.
b. Belajar
Minat
dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak
menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan
mengenai pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi
mempelajari pelajaran tersebut.
c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor
yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran
yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa,
akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan
pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh
siswa,sebagaimana telah disinyalir oleh Muhibbin bahwa minat mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (Muhibinsyah, 2011: 152).
Guru
juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar
siswa. Menurut Kurt Singer bahwa guru yang berhasil membina kesediaan belajar
murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat
dilakukan demi kepentingan murid-muridnya. Guru yang pandai, baik, ramah ,
disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan
minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh
murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid.
Bentuk-bentuk
kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena
itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia
harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan
sesuai dengan tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami
kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.
d. Keluarga
Orang
tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat
berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang
diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak.
Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan
dari keluarga khususnya orang tua.
e. Teman
Pergaulan
Melalui
pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman-temannya,
khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar
karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas
bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.
f. Lingkungan
Melalui
pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal ini ditegaskan oleh pendapat
yang dikemukakan oleh Muhibbin bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai
dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal. Lingkungan
sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah
keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam
dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan rohaninya. (Dalyono 1997:103)
g. Cita-cita
Setiap
manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita
juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan
sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan
datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang
meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap berusaha untuk mencapainya.
h. Bakat
Melalui
bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang
sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki
minat dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain,
kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh
karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya
sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.
i. Hobi
Bagi
setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara
tidak langsung dalam dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika,
begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa
dipisahkan dari faktor minat.
j. Media Massa
Apa
yang ditampilkan di media massa, baik media cetak ataupun media elektronik,
dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya.
Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga
perilaku sehari-hari. Minat khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat,
didengar, atau diperoleh dari media massa.
k.
Fasilitas
Berbagai
fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh,
bila fasilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul
minat anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru
mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada
di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat
tersebut.
Kemudian kriteria
minat seseorang digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah,jika seseorang
tidak menginginkan objek tertentu. Sedang, jika seseorangmenginginkan objek
minat akan tetapi tidak dalam waktu segera. Dan tinggi, jikaseseorang
menginginkan objek minat dalam waktu segera (Nursalam, 2003).
Beberapa
ahli telah mencoba mengklasifikasikan minat berdasarkanpendekatan yang berbeda
satu sama lain, sehingga minat dapat dikatagorikan sepertiberikut ini.
Minat
diklasifikasikan menjadi empat jenis berdasarkan bentukpengekspresian dari
minat, antara lain: expressed interest, manifest interest,tested interest, dan
d. inventoried interest (Suhartini, 2001: 25). Ketiga jenis minattersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang
menunjukkanapakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau
aktivitas.
b. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan
individu pada suatukegiatan tertentu.
c. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan
atau keterampilandalam suatu kegiatan.
d. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori
minat atau daftaraktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.
Minat
digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan sebab-musabab ataualasan timbulnya
minat
(Surya, 2007: 122). Ketiga jenis minat tersebut dapat dijelaskan
sebagaiberikut:
a. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa
tanpa adanyapengaruh dari luar.
b. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa
dengan adanyapengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.
c. Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa
secara paksaatau dihapuskan.
Minat
dikatagorikan menjadi tiga katagori berdasarkan sifatnya, yaitu:
a. Minat Personal
Merupakan
minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang mengarah padaminat khusus
mata pelajaran tertentu. Minat personal merupakan suatu bentukrasa senang
ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajarantertentu.
Minat ini biasanya tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besardari
rangsangan eksternal.
b. Minat Situsional
Merupakan
minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti,tergantung
rangsangan eksternal. Rangsangan tersebut misalnya dapat berupametode mengajar
guru, penggunaan sumber belajar dan media yang menarik,suasana kelas, serta
dorongan keluarga. Jika minat situsional dapat dipertahankansehingga
berkelanjutan secara jangka panjang, minat situsional akan berubahmenjadi minat
personal atau minat psikologis siswa. Semua ini tergantung padadorongan atau
rangsangan yang ada.
c. Minat Psikologikal
Merupakan
minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minatpersonal dengan
minat situsional yang terus-menerus dan berkesinambungan. Jikasiswa memiliki
pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, danmemiliki kesempatan
untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur dikelas atau pribadi (di
luar kelas) serta mempunyai penilaian yang tinggi atas matapelajaran tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minatpsikologikal.
(Suhartini, 2001: 23).
4. Cara Membangkitkan Minat Dalam Belajar
1. Cara
Membangkitkan Minat Belajar di Lingkungan Keluarga.
Yang akan dikemukakan bagaimana cara orang tua dalam
mengembangkan minat belajar anaknya adalah sebagai berikut:
a. Melengkapi
alat-alat dan bahan belajar anak.
b. Memberi
makan yang bergizi.
c. Memberikan
kesempatan belajar yang cukup .
d. Tinggalkan
segala disiplin yang kaku
e. Jangan
terlalu banyak menuntut dari anak.
Sejalan apa yang dikemukakan di atas, maka
Campble berpendapat:
“Bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk membina minat
anak agar menjadi lebih produktif dan efektif adalah sebagai berikut:
1.
Memperkaya ide atau gagasan.
2.
Memberikan hadiah yang merangsang.
3.
Berkenalan dengan orang-orang yang kreatif.
4.
Petualangan dalam arti berpetualangan ke alam sekeliling secara sehat.
5.
Mengembangkan fantasi.
6. Melatih
sikap positif (Campbel 1993:3).
Untuk memupuk
dan meningkatkan minat belajar anak dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Perubahan
dalam lingkungan, kontak, bacaan, hobbi dan olahraga, pergi berlibur ke lokasi
yang berbeda-beda. Mengikuti pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang yang
harus dikenal, membaca artikel yang belum pernah dibaca dan membawa hobbi dan
olahraga yang beraneka ragam, hal ini akan membuat lebih berminat.
2. Latihan
dan praktek sederhana dengan cara memikirkan pemecahan-pemecahan masalah khusus
agar menjadi lebih berminat dalam memecahkan masalah khusus agar menjadi lebih
berminat dalam memecahkan persoalan-persoalan.
3. Membuat
orang lain supaya lebih mengembang diri yang pada hakekatnya mengembangkan diri
sendiri ( Campbel 1993:6).
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa minat anak tergantung dari lingkungannya yang paling besar pengaruhnya
adalah lingkungan keluarga dalam hal ini peranan orang tua sangat menentukan.
2. Cara Menarik Minat di Sekolah
Sekarang akan dijelaskan tentang bagaimana cara
Menarik minat di lingkungan persekolahan. Karena keduanya saling terkait dalam
pencapaian hasil belajar anak.
Berbagai cara yang dapat ditempuh antara lain sebagai
berikut:
1. Penggunaan metode
pengajaran yang bervariasi.
2. Penggunaan alat peraga
menarik dan bervariasi.
3. Sikap guru.
4. Memberikan penghargaan dan
pujian kepada anak.
5. Membawa anak ke lingkungan.
6. Situasi kelas dan
lingkungannya yang menarik dan kondusif.
7. Adanya motivasi atau
reinforcement.
Untuk timbulnya minat dan fokus pada belajar perlu
adanya mengembangkan sikap perhatian anak terhadap sesuatu atau pelajaran.
Perhatian adalah merupakan penyelesaian
terhadap stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan, dengan
demikian dapat dipahami bahwa apa yang diperhatikan itu betul-betul disadari
oleh individu, sehingga antara perhatian dan kesadaran merupakan korelasi
positif. Artinya makin diperhatikan sesuatu objek, maka akan makin disadari
objek itu sehingga dengan sendirinya akan menimbulkan minat terhadap objek
tersebut.
Semua persoalan hidup bagaimanapun keadaannya, pasti
diperoleh dengan perhatian. Oleh karena itu setiap seseorang menggunakan
perhatian, baik secara terpusat maupun secara terbagi-bagi sangat dipengaruhi
oleh stimulus dan keadaan atau suasana yang bersangkutan. Sehingga untuk dapat
menyadari sesuatu haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Adanya objek yang diamati.
2. Harus ada alat indera cukup baik sebagai alat
untuk mengangkap stimulus yang mengenainya.
3. Harus ada pula saraf sensoris yang baik
sebagai alat untuk meneruskan stimulus itu ke pusat susunan saraf pusat yaitu
otak.
C. Pandangan
Islam terhadap Musabaqoh Qira’atul Kutub
Perlombaan dalam bahasa arab disebut dengan
musabaqah. Perlombaan disyariatkan karena termasuk olahraga yang terpuji. Asal
perlombaan adalah dibolehkan. Hal ini dibuktikan dalam beberapa hadits dan juga
klaim ijma’ (kesepakatan para ulama). Apalagi jika lomba tersebut sebagai
persiapan untuk jihad seperti lomba memanah atau pacuan kuda, para ulama
sepakat akan sunnahnya, bahkan hal ini adalah ijma’ (kesepakatan) mereka.
Bahkan kadangkala hukum melakukan lomba memanah dan pacuan kuda bisa jadi wajib
(fardhu kifayah) di kala diwajibkannya jihad.
Mengenai persiapan jihad, Allah Ta’ala
berfirman,
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا
اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat” (QS. Al
Anfal: 60).
Yang dimaksud “مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ” artinya dengan kekuatan apa saja,
ditafsirkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memanah (HR. Muslim
no. 1917).
KH. S Ali Yasir menyebutkan bahwa dahulu
orang berjihad itu dengan berperang dan menyebar luaskan ajaran islam kepada
kafir beliau menyebutnya dengan istilah jihad kabir (Besar), adapun
jihad akbar (terbesar) yaitu menahan hawa nafsu, sedangkan jihad
asghar (kecil) yaitu dengan mempertahankan agama islam dengan menuntut ilmu
dan melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya, jihad semacam ini nilainya
rendah dikarenakan sifatnya yang temporer dan terikat oleh sesuatu dan kondisi
(KH. S Ali Yasir Tt:22). Jika mengambil qiyas musyawi dengan mengkiyaskan jihad
perang sama dengan jihad menuntut ilmu maka dikiaskan juga perlombaan memanah
dengan perlombaan membaca kitab kuning.