Sunday, August 2, 2015

Makalah Konsep Administrasi Negara dan Islam



A. Pendahuluan
Dalam pengertian Negara adalah sebuah organisasi yang besar, maka kita akan menemukan berbagai elemen yang sangat penting yang merupakan penggerak dari terlaksananya kehidupan bernegara. Pada konteks Negara modern kita mengenal adanya sistem yang berjalan yang tentu saja merupakan inti dari penyelenggaraan sebuah Negara, dan pembingkaian sistem itu kita kenal dengan adanya Administrasi. Administrasi memang sudah dikenal sejak dahulu, dan pada mulanya merupakan suatu hal yang sederhana dalam mengatur suatu perserikatan saja, namun seiring kemajuan Administrasi merupakan istilah yang selalu disandarkan kepada pengaturanwalaupun pada realisasinya Administrasi memiliki pemaknaan yang kompleks, tetapi dalam pembahasan kali ini Negara adalah sebagai objek dari Administrasi.
Antara Publik dan Islam selalu muncul wacana perbandingan yang mengetengahkan sebuah persoalan, memang dalam dua sisi berbeda ini kita melihat kecenderungan yang berbeda. Administrasi public dalam ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang baru, tetapi kendati demikian secara aplikatif sudah ada sejak masa prasejarah, tentunya dengan sistem dan kelengkapan yang sederhana[1]Kemudian pada masa kontemporer administrasi Negara mulai dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan dan mencoba untuk diaplikasikan dalam sistem kenegaraan.
Kendatipun demikian selain wacana Administari  yang ada saat ini, perlu juga kita melihat bahwa terdapat sistem Aministrasi yang juga dikembangkan di dunia Islam. Masa Abbasyiah merupakan masa keemasan Islam dalam segala hal termasuk ilmu pengetahuan, dan Administrasi Negara memiliki pengertiannya sendiri dalam hal ini adalah termasuk dalam wacana Fiqh Siyasah sebagai bidang dan ranah dalam pembahasan Tata Negara Islam.
Dengan prolog singkat diatas dapat ditemukan suatu perbandingan yang menarik mengenai sistem Administrasi Negara dalam pijakan yang berbeda. Administrasi Negara public sebagai bagian dari hukum public yang bersumber dari barat dan administrasi adlam wacana Islam yang akan diperbandingkan dalam makalah kali ini.
Meskipun berbeda pijakan dan landasan, setidaknya akan dilihat suatu wacana perbandingan secara histories dan ajaran. Perkembangan Administrasi saat ini memang sebagian besar berpijak pada kode etik hukum publik, dan sedikit sekali yang memakai ketentuan Administrasi Islam[2].
B. Administrasi Negara Islam
Sebelum kita membahas lebih jauh mengeani administrasi Islam, ada perlunya kita mengenal pengertian Administrasi secara umum terlebih dahulu, karena pada dasarnya Administrasi secara teoritis memiliki tujuan yang sama yaitu mengatur.
Administrasi dalam bahasa inggris berarti To Organize/ Organize Affair,yang berarti mengatur suatu organisasi atau bisa disebut pengaturan[3]. Sedangkan dalam pendapat Siagian MPA arti lain Administrasi adalah proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalisasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan[4]. Pengertian terseut sepenuhnya belum mewakili dari Administrasi Negara, karena Administrasi ialah bersifat umum sedangkan arti yang lebih menunjang dalam Administrasi Negara adalah mengenai tiga arti Administrasi Negara:
  1. Sebagai Aparatur Negara
  2. Sebagai fungsi dan Aktivitas
  3. Sebagai Proses teknis penyelenggaraan UU[5]
Setelah kita ketahui uraian di atas maka kita mendapatkan sebuah gambaran umum mengenai Administrasi, pun demikian didalam islam adanya Administrasi terkait dengan yang disebut Diwan. Dalam Institusi ini sebenarnya memiliki alur kerja yang sama dengan definisi Administrasi Negara yaitu menjalankan proses pemerintahan, dan didalam Diwan itu sendiri pun terbagi menjadi beberapa bagian antara lain:
  1.  
    1. Diwan yang berhubungan dengan sistem rekruitmen dan penggajian tentara
    2. Diwan yang berhubungan dengan rincian tugas dan pekerjaan para pengawas Negara, tempat dan wilayah keewenangannya serta sistem penggajian dan pemberian tunjangan kepada mereka
    3. Diwan yang berhubungan dengan pengangkatan dan pemberhentian pegawai.
    4. Diwan yang berhubungan dengan pengaturan (Pemasukan dan Pengeluaran ) keuangan dalam Bait al Mal[6]
Dalam masing-masing Diwan memiliki aturannya sendiri, ketentuan tersebut telah diatur dalam institusinya masing-masing. Kemudian untuk mengawasi jalannya administrasi tersebut maka ada sebuah lembaga yang menagtur ketertiban tersebut yaitu lembaga wilayatul hisbah, yaitu suatu lembaga yang menjaga ketertiban dan menyelesaikan sengketa.
Sedangkan ada pula lembaga wilayatul madzalim yang bertugas menyelesaikan sengketa dalam peradilan tata usaha, yaitu penyelesaian sengketa antara peroranagn dan lembaga Negara. Dapat dijabarkan disini fungsi Wilayatul Mazalim antara lain:
  1. Menangani kasus kesewenangan pemerintah terhadap rakyat
  2. Ketidak adialn pemerintah dalam hal pajak
  3. Mengawasi keuangan pada biro-biro pemerintahan
  4. Menangani kasus dalam pengurangan gaji atau pendapatan pegawai
  5. Pengawasan dan pemeliharaan Wakaf
  6. Mengembalikan hak milik yang diambil paksa oleh pemerintah
  7. Menegakan keputusan yang diputuskan oleh qadhi
  8. Mengambil alih kewenangan Wilayatul hisbah jika dianggap tidak mampu
  9. Pelaksanaan ibadah yang dilakukan secara kolektif
10.  Pengawasan putusan pengadilan secara umum[7]
C. Model Administrasi Islam Di Indonesia
Berbicara Administrasi Negara maka akan memiliki berbagai bentuk yang bias dikaji seluruhnya, namun dripada itu pembahaasn mengenai Administrasi Negara akan lebih komprehensif melalui pendekatan Administrasi Negara sebagai suatu proses. Dalam bentuk ini menerangkan Negara sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan tujuan Negara.
Maka dalam Administrasi Negara adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang meliputi pembuatan rencana, keputusan dan tindakan-tindakan yang ditujukan untuk pelaksanaan pelayanan masyarakat melalui Public Service[8].  Penjelasan tersebut dapat dikaji dari diagram berikut:
The Public

Policy Makers

Administrator
Diagram diatas menjeaskan adanya suatu proses administrasi diantara elemen-elemen Negara:
  1. Rakyat (Public): yaitu sebagai sumber dari kebutuhan dan tuntutan yang terjadi, rakyat juga sebagai penerima dan pengguna dari pelayanan administrasi
  2. Pembuat Kebijakan (Public Policy): yaitu anggota-anggota eksekutif yang dipilih, anggota legislative dan memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat
  3. Pelaksana (Aministrator): adalah kelompok pegawai-pegawai yang melaksanakan proses Administrasi pada kantor-kantor pelayanan atau dinas-dinas. Pada tataran ini administrator dapat merencanakan, melaksanakan dan mengawasi jalannya prosedur pelaksanaan kebijakan[9].
Proses tersebut diatas merupakan proses sederhana yang bias dipahami dari proses Administrasi dalam sebuah Negara, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang erat dalam sebuah proses bernegara. Hubungan dari A ke B adalah hubungan yang bersifat pengawasan dari rakyat terhadap pembuat kebijakan yang tentunya erat dengan nasib rakyat selanjutnya. Hubungan B ke C merupakan atribusi dari lembaga yang tinggi kepada para pegawai, dina-dinas maupun instansi yang menangani langsung permasalahan dilapangan terhadap suatu masalah. Kemudian hubungan B ke C adalah hubungan langsung dengan bagaimana pelayanan para administrator atau pelaksana melayani masyarakat.
Begitu pula akan didapat sebuah hubungan timbale balik antara ketiganya. Bias saja dimulai dari hubungan A ke C yang bersifat pengaduan atau keluhan-keluhan yang dirasakan masyarakat berkaitan dengan pelayanan dalam proses Administrasi Negara. Selanjutnya hubungan C ke B adalah pemberian laporan yang berkenaan terhadap proses Administrasi yang berlaku di masyarakat, biasanya ini adalah jenis laporan pertanggungjawaban yang seyogyanya dilakukan oleh setiap organisasi pemerintah kepada atasan yang lebih tinggi untuk diadakan evaluasi. Sedangkan hubungan dari B ke A adalah hubungan yang bersifat laporan dan publikasi atau juga sosialisasi mengenai kebijakan baru yang akan diterapkan.
dalam perjalan proses tersebut tentunya akan ditentukan pengawasan terhadap keseluruhan proses ersebut, maka dibentuklah lembaga pengadilan yang biasanya terdapat hampir diseluruh lembaga yudikatif diseluruh Negara yaitu yang kita kenal di Indonesia adalah lembaga PTUN yaitu sebuah pengadilan yang mengadili sengketa antara lembaga- lembaga Negara, lembaga Negara dengan masyarakat, dan perkongsian swasta yang berselisih mengenai kebijakan ataupun tindakan pemerintah yang merugikan[10].
D. Analisis perbandingan Konsep Administrasi Negara dalam Islam dan Publik
Telah diuraikan diatas mengenai Administrasi Negara dalam konsep barat dan Islam, dan keduanya merupakan sistem yang memiliki tujuan yang sama yaitu adalah untuk memberikan satu kepuasn kepada masyarakat terhadap pelayanan Negara kepada masyarakat tersebut.
Meskipun disini dapat dibedakan bahwa sesungguhnya secara garis besar sistem Administrasi Negara di dalam Islam telah berkembang dengan cukup baik pada tataran sistem, didalamnya ada lembaga pengawas juga yang berfungsi mengawasi kinerja pemerintah dan juga mengadili persengketaan antar warga Negara dan lembaga Negara. Tetapi dapat dimaklumi bahwa jika dikomparasikan pada sistem yang ada asat ini tentu sudah tertinggal, meskipun tidak mengalami ketertinggalan yang amat sangat, mengingat Administrasi Negara adalah sebuah ilmu yang lahir belakangan dan baru memiliki kesempurnaan pada masa kontemporer asat ini.
Pada konsep barat sistem Administrasi Negara lebih bersifat kompleks dan memiliki Jobs description yang sangat jelas dimana terbingkai oleh sistem pembagian kekuasaan yang jelas, sedangkan pada masa Islam berjaya kekhalifahan Islam belum mempraktekan hal tersebut dimana khalifah adalah kekuasaan tunggal yang tidak bias dikalahkan. Atas dasar inilah maka kemudian sistem Administrasi Negara pada masa Islam masih bersifat sederhana, meskipun sudah lahir saat itu sistem yang juga baik pada kategori zamannya.
E. Penutup
Demikianlah penguraian secara singkat mengenai Administrasi Negara dalam konsepsi barat dan Islam yang kesemuanya memiliki karakternya masing-masing, meskipun dapat dilihat ada persamaan dalam beberapa hal yang juga sebenarnya memiliki tujuan yang serupa juga, namun dalam wacana ini diharapkan kita mampu untuk mencari suatu komparasi dan relevansi atas kedua sistem tersebut yang selanjutnya dijadikan sebuah perbaikan kedepan.




DAFTAR BACAAN
  1. Dr. S.P Siagian, MPA, Filasafat Administrasi Negara, (Gunung Agung Jakarta 1970)
  2. Encarta Dictionary Tool 2006, DVD Series, Microsoft Corporation 2005
  3. C.S.T Kansil, Pengantar Hukum Indonesia, Balai Pustaka
  4. Drs. S Pamudji MPA, Ekologi Administrasi Negara, (Bina Aksara Jakarta 1983)
  5. LAN Republik Indonesia, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia,(Toko Gunung Agung Jakarta 1997)
  6. Nur Mufid, A. Nur Fuad, Bedah Al-Ahkamus Sulthaniyah Al mawardi, (Pustaka progresif 2000 Surabaya)




[1] Dr. S.P Siagian, MPA, Filasafat Administrasi Negara, (Gunung Agung Jakarta 1970) h.12
[2] Keaadan ini dapat dilihat di hamper seluruh Negara yang rata-rata menadopsi sistem administrasi public yang berasal dari Code Civil. Bahkan dinegara-negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim ternyata tidak memakai konsep Islam dalam hal Administrasi
[3] Encarta Dictionary Tool 2006, DVD Series Microsoft Corporation 2005
[4] Dr.S.P Siagian, op.,cit, h.3
[5] Menegnai Administrasi Negara lebih lanjut dijelaskan dalam Pengantar Hukum Indonesia, C.S.T Kansil , Balai Pustaka h.264
[6] Nur Mufid, A. Nur Fuad, Bedah Al-Ahkamus Sulthaniyah Al mawardi, (Pustaka progresif 2000 Surabaya) h. 126-127

[7] Ibid.,h. 122
[8] Drs. S Pamudji MPA, Ekologi Administrasi Negara, (Bina Aksara Jakarta 1983) h. 31
[9] Ibid.,h.32
[10] Untuk lebih jauh mengenai lembaga PTUN, lihat LAN Republik Indonesia, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia,(Toko Gunung Agung Jakarta 1997) h. 193

PROFIL FOPULIS (Forum Pemuda Lintas Iman Sukabumi)



PROFIL FORUM LINTAS IMAN SUKABUMI (FOPULIS)
FOPULIS, adalah organisasi kepemudaan yang di dalamnya mencakup Agama dan kepercayaan. Semenjak didekrasikan di Villa Yawitra Situ Gunung Sukabumi, di rumuskan oleh Lembaga Penelitian Sosial dan Agama (LENSA Sukabumi) pada 14 Desember 2014 bersama dengan para pemuda dari berbagai organisasi kepemudaan dan komunitas di Sukabumi, Forum Pemuda Lintas Iman Sukabumi (FOPULIS) lahir.
Kami punya mimpi besar untuk menjalin hubungan lebih luas dan hangat, saling memahami dan bahu membahu dalam membangun bangsa terutama di Sukabumi. Kami selalu ingin melakukan kegiatan bersama dengan berbagai latar kehidupan Agama dan keyakinan yang berbeda. Dengan ini, harapan semakin nyata wujud toleransi dan kebersamaan yang coba kami bangun.
Kami juga bertekad untuk menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan persatuan untuk meneguhkan kebersamaan dalam membangun Sukabumi yang aman dan damai, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan kebersamaan dalam pembangunan Sukabumi, serta berkomitmen menjaga serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kami pula berjanji dan bersungguh-sungguh menjaga kerukunan dan perdamaian yang abadi untuk nilai-nilai kerukunan dan peradaban bangsa
Pidato Bung Karno dan Hari Sumpah Pemuda :
Titik Pijak Awal.Dalam salah satu pidatonya Bung Karno pernah berujar, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Tersirat dalam pidato itu penghargaan tinggi pada peran pemuda. Kekuatan pemuda diyakini memiliki energi yang lebih besar dan dahsyat dibandingkan mereka yang sudah berumur. Bung Karno seolah ingin menegaskan, dunia sesungguhnya milik kaum muda. Hanya para pemuda yang akan mampu mengguncang dunia. Yang menjadi pertanyaan, pemuda macam apa yang dimaksud Bung Karno? Tentu tidak semua pemuda pantas menjadi kekuatan pendobrak dunia. Fakta menunjukkan, banyak pemuda yang justru lemah tidak berdaya ketika menghadapi kerasnya kehidupan dunia. Yang dimaksud Bung Karno tentu pemuda yang memiliki potensi dan keunggulan, yang memiliki energi untuk mengguncang dunia. Keunggulan itu tentu beragam, namun yang pasti jutaan pemuda di negeri ini sesungguhnya pantas menjadi pemuda pilihan untuk mengguncang dunia.
Semangat Sumpah Pemuda menjadi contoh buat kaami dalam menjungjung tinggi nilai toleransi dan semangat perubahan. Secara Historis, Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Sehingga, memperingati hari Sumpah Pemuda –di mana seluruh pemuda Bumi Putera dari lintas ras, budaya, agama, kala itu dipersatukan dalam satu tekad melawan imperalisme kolonialisme Belanda- adalah sebuah keniscayaan. Nyaris di setiap sekolah penjuru tanah air, intansi pemerintah dan masyarakat umum memperingatinya dengan berbagai macam cara. Intinya satu hal: sumpah pemuda menandaskan betapa persatuan dan kesatuan merupakan ihwal mutlak terciptanya bangsa Indonesia yang kuat dan tangguh.
Setelah melakukan kegiatan Sukabumi Interfaith Youth Camp ( Kemah Pemuda Lintas Agama Sukabumi ) yang di selenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Agama (LENSA SUKABUMI) mengundan organisasi kepemudaan dan komunitas di Sukabumi, hingga akhirnya disepakati dan di anggap penting untuk membentuk suatu forum untuk memfasilitasi sepak terjang pemuda lintas agama di Sukabumi, sehingga kami sepakati untuk mendeklarasikan Forum Pemuda Lintas Iman di Sukabumi tanggal 14 Desember 2014. Pada kegiatan Sukabumi Interfaith Youth Camp ( Kemah Pemuda Lintas Agama Sukabumi ) tidak ada perwakilan dari Agama Budha , Hindu, Konghucu dan kepercayan, dikernakan keberadana pemuda Agama Budha, Hindu, Konghucu dan Kepercayan sangat sukar untuk kami temui, namun pada kegiatan tersebut hanya di hadiri dari perwakilan Agama Islam, Katolik dan Protestan.
Adapaun orang yang hadir dalam kegiatan tersubut itu adalah : Gugum Gumelar (PMII/Islam), Ujang Sentanu (GMNI/Islam), Risma Haryani (LENSA/Islam), Yanti (BKPRMI/Islam), Mia AS (GMNI/Islam), Siti Leti Fatimah (PIK-M/Islam) , Jamilah (KSR/Islam), Fitriyah (PIK-M/Islam), Siti Syarifah (KSR/Islam), Asep Rizqiyah (PIK-M/Islam), Ari Rusliyanto (PIK-M/Islam), Asep Setiawan ( JASS/Islam), Siti Nursaadah (LENSA/Islam), (S Aziz BKPRMI/Islam), Fikri Yullah ( GP Ansor/Islam), Hasan (GP Ansor/Islam), Deri (LENSA/Islam), M Tuhdi ( LENSA/Islam), Calvin VT (GKP/Protestan), Topik (LENSA/Islam), Hendri W ( Pemuda Katolik/Katolik), Hivi (Pemuda Katolik/Katolik), Agus (Pemuda Katolik/Katolik), Julian ( Pemuda Katolik/katolik), Cristhina Novian (Pemuda Katolik/Katolik), Ari Yunuar YS (GKP/Protestan), Paulus (GKP/Protestan), Wahyudin (FDMI/Islam), M.Asrori (FDMI/Islam),Anggalarang (HMI/Islam) Feri P ( HMI/Islam), M.Wildan ( BAM Darusalam/Islam).
VISI
Gerakan pemuda independent untuk membangun toleransi dan perdamaian demi sukabumi yang aman dan nyaman
MISI
1.      Menggali dan melestarikan khazanah spiritual serta kearifan lokal yang mendukung toleransi antar umat beragama dan berkeyakinan;
2.      Mensosialisasikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman melalui berbagai media;
3.      Mempererat persaudaraaan antar umat beragama dan berkeyakinan
4.      Melestarikan kebudayan lokal untuk mejalin perdamaian

Thursday, July 30, 2015

MANUSIA DAN BADAN(NYA)

Manusia adalah makhluk yang berbadan. Manusia menjadi sadar, karena badannya. Badannya bersatu dengan realitas sekitarnya. Ia melihat dirinya dan barang-barang, menempatkan diri, mengerti ini dan itu, berjalan, bertindak dan sebagainya. Cacat dala badan akan mengurangi kesadarannya, jika cacat itu merusak seluruh keindraannya, manusia tidak bisa mengerti dunianya. Jadi berkat badannya ia bisa menjalankan dirinya.
Lalu bagaimana kita harus memandang badan?
Yang pertama : jangan mengatakan badan dan jiwa. Kita tidak memandang badan dan jiwa, sebab subyek pengalaman adalah dia-sendiri juga. Saat kita mengatakan AKU, yang dimaksud bukanlah badan dan juga bukan jiwa. Manusia tidak sadar dengan jiwa, melainkan tentang AKU. Jika ia menguraikan kesadarannya, ia berkata tentang aku dan badan (bukan jiwa). Ia berkata: aku sakit atau badanku sakit.
Dalam pengalaman sehari-hari, manusia mengalami diri dan barang-barang sebagai subyek. Subyek yang berdiri sendiri, yang mengambil tempat (posisi) dan sikap, menghadapi sesuatu. Yang dihadapi adalah diri sendiri dan realitas. Ia menghadapi sesuatu, dengan demikian mempunyai daya, kemampuan. Barang materi dan hewan tidak mampu melakukan itu. Maka kemampuan itu kita sebut kemampuan rohani. Dengan kemampuan itu ia berdiri sendiri, bisa menghadapi diri sendiri dan hal lain dengan sadar. Kemampuan itu bisa juga kita sebut dengan sifat. Untuk itu kita katakan manusia bersifat rohani.
Seluruh subyek manusia bersifat rohani. Rohani itu tidak berada di dalam. Lihatlah mata manusia, berbedà dengan mata hewan (tatapannya). Lihatlah wajah manusia, berbeda dengan wajah monyet. Itulah yang disebut dengan "gestalt' manusia. Dalam semua itu tampaklah kerohaniannya.
Manusia juga bersifat jasmani, artinya materi. Ia punya bobot, berdarah dan berdaging, bisa dilihat secara anatomis. Kesenangannya, bahagianya, tidak lepas dari barang materi. Pikiran juga berkecimpung dalam materi. Dalam hal ini bisa kita katakan seluruh manusia itu adalah jasmani juga.
Seluruh manusia adalah jasmani, seluruh manusia adalah rohani. Kesatuan itu disebut kesatuan jasmani-rohani. Jasmani-rohani bukanlah dua bagian karena keduanya menyeluruh. Ada aspek rohani dan ada aspek jasmani.Kita adalah badan dan jiwa. Jiwa adalah prinsip rohani dan badan adalah prinsip jasmani. Pandangan badan-jiwa bisa salah jika memandang keduanya sebagai prinsip tersendiri. Dalam realitas yang ada bukan badan atau jiwa, tetapi manusia yang mempunyai aspek rohani dan aspek jasmani. Harus dipahami benar bahwa ketika kita mengatakan badan, pengertiannya adalah aspek jasmani. Tetapi tidak boleh dipandang sebagai unsur yang berdiri sendiri.
BEBERAPA PANDANGAN
1. Pandangan idealis tentang badan.
Menurut pandangan ini, badan hanyalah sinar dari roh. Roh adalah seperti listrik dan badan adalah cahayanya. Badan dan roh tidak pernah bertentangan. Tetapi badan tidak ada, yang ada adalah roh.
2. Pandangan materialis.
Yang ada hanyalah badan, habis perkara. Pandangan ini tidak ralistis, sebab pada manusia ada hal-hal yang tidak hanya diterangkan berdasarkan atas materi semata. Manusia mengalami suka, duka, dan kemampuan memandang diri (dan realitas).
3. Pandangan yang mengatakan badan adalah musuh roh.
Antara badan dan roh ada pertentangan dan hanya melulu pertentangan antara keduanya. Badan selalu dianggap lebih rendah dan selalu menarik ke bawah, ke arah yang jahat.

PESIMISME VS OPTIMISME

Dunia ini adalah dunia paling buruk yang pernah diciptakan Tuhan (Schopenhauer). Dunia ini adalah dunia paling baik yang pernah diciptakan Tuhan (Leibniz). Kedua pandangan tadi mewakili pandangan pesimisme dan optimisme dalam pemikiran Filsafat. Apakah kedua pendapat tadi benar atau tidak, adalah soal lain. Tetapi sejak itu istilah pesimis dan optimis mulai terkenal melalui Filsafat. Satu hal yang pasti adalah para filsuf lupa bahwa Tuhan itu rahasia yang tak termasuki, dan Filsafat (Ketuhanan) adalah "sekedar" Filsafat belaka, tidak banyak tahu tentang Tuhan.
Kiranya yang perlu diingat adalah pesimisme dan optimisme bukan satu-satunya pendekatan untuk mengkaji thesis tentang Tuhan. Kita dapat menggunakan keduanya sebagai sebuah sikap, dan itu kiranya lebih tepat. Pertanyaannya adalah mengapa orang tertentu cenderung pesimis dan orang lain ke arah optimis dalam menghadapi realitas yang sama?
Menjelang akhir abad ke-19, Charles Darwin memasukkan gagasan baru ke dalam pemikiran barat bahwa manusia berasal dari hewan. Sontak pada saat itu banyak orang terhina dan pesimis bahwa ternyata manusia tidaklah luhur lagi. Pada saat itu teori evolusi dianggap berhasil membuktikan tidak adanya Tuhan. Beberapa puluh tahun kemudian seorang Yesuit Perancis de Chardin justru mendasarkan teisme dan keimanannya tentang rahasia-rahasia segala makhluk dalam perspektif teori evolusi. Berdasarkan teori yang persis sama itu, diambil kesimpulan apabila terdapat begitu banyak kemajuan yang terjadi pada makhluk hidup, tentu manusia akan menuju pada kesempurnaan yang lebih tinggi.
Demikianlah pandangan optimisme, pesimisme, teisme, antiteisme, bisa saja bertitik-tolak pada hal yang sama.

Filsafat Manusia

Badan dan Jiwa tidak bisa dipisahkan, tetapi yang nampak adalah AKU, sebuah persona, sebuah pribadi. Manusia bicara tentang diri sendiri. Dalam berbicara ini dia berkata tentang jiwa dan badan, karena dia menangkap aspek jasmani dan rohani pada dirinya atau akunya.
Jiwa dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri (di dalam) dan badan juga, tetapi kelihatan. Pikiran tentang badan dan jiwa adalah keliru, yang benar adalah aku ini rohani ya jasmani. Badan adalah bentuk konkrit dari jasmani, atau bentukku sepanjang aku ini makhluk jasmani. Tetapi yang ada bukanlah badan, yang ada adalah aku dan badan adalah aku dalam bentuk jasmaniku. Badan adalah aku dalam kedudukanku sebagai makhluk jasmani, wujudku sebagai makhluk jasmani.
Jelasnya adalah badan bukanlah sesuatu yang ada padaku seperti sepatu dan baju, bukan sesuatu yang menempel padaku. Badan adalah unsur diriku, unsur aku-ku. Jika saya mengatakan aku, di situ sudah termuat badanku.
Samakah aku dengan badan? Tidak, sebab aku bisa mengatakan badanku. Badan bisa dipandang sebagai milik, tetapi tidak sama dengan sepatu dan baju. Sekali lagi, badan termuat dalam aku. Aku sebagai makhluk jasmani berupa badan.
Ada sedikit kesamaan antara aku dan badan. Badan adalah aku, sepanjang aku ini adalah makhluk jasmani yang konkrit. Badan sama dengan aku sepanjang aku berwujud jasmani. Yang terlihat adalah aku melalui badanku.
Badan adalah caraku nampak, jadi tidak sama dengan aku, dalam hal ini badan juga menjadi perintang dalam caraku nampak. Badan membatasi penampakanku, aku sebagai manusia tidak nampak seluruhnya dengan badanku. Bisa juga dikatakan badanku merupakan ekspresiku, karena badan merupakan cara penampakanku. Jika orang melihat badanku, maka orang itu melihat aku. Manusia sadar akan badannya, dia berkata, awakku lagi susah. Yang susah bukan badannya, tapi seluruh manusia.
Antara aku dan badan ada kesatuan, tetapi ada jarak juga. Aku bisa menyembunyikan diriku di belakang badanku. Aku bisa pura-pura marah dan berkata manis, tetapi menipu. Jika badanku sakit, aku memang sakit, tetapi belum tentu malang atau celaka. Badanku bisa tak berdaya, tetapi aku masih bisa berpikir.
Bolehkah badan disbeut alat? Boleh. Bolehkah dikatan, aku punya badan? Boleh. Akan tetapi badan tidak sama dengan sepatu dan baju. Jika saya mengatakan "aku ada", maka milik saya tidak termuat (sepatu dan baju), tetapi badanku termuat. Aku ada, berarti aku manusia, berbadan, tetapi belum tentu berbaju dan bersepatu.

ANTARA WAHDATUS SYUHUD DAN MANUNGGALING

Waktu mengikuti kuliah Filsafat Manusia pak Damardjati Supajar (1987), pada bab mengenai roh beliau memberi semacam rambu atau wacana jika hendak merefleksikan tentang Tuhan. Rambu itu adalah dimensi titik-garis-bidang-ruang-pribadi-Pribadi.
Garis adalah jarak antara dua titik, tetapi berapapun banyaknya titik, ia tetap tidak akan menjadi garis karena dimensinya berbeda. Bidang terdiri dari beberapa garis, tetapi berapapun banyaknya garis, ia tetap tidak akan menjadi bidang karena dimensinya berbeda. Ruang terdiri dari beberpa bidang, tetapi berapapun banyaknya bidang, tetap tidak akan menjadi ruang karena dimensinya berbeda. Sebagai pribadi, manusia terdiri dari berbagai ruang, tetapi berapapun banyaknya ruang, ia tetap tidak akan menjadi pribadi. Seunggul-unggulnya pribadi, ia tetaplah pribadi dan tak akan pernah bisa menjangkau Pribadi (dengan P huruf besar).
Sampai di sini, apakah akal manusia tidak bisa menjangkau keberadaan Tuhan? Saya tetap berpandangan bahwa kita bisa berbicara tentang Tuhan, artinya akal mampu, setidaknya mampu menetapkan apa yang dapat dikatakan tentang Tuhan dan apa yang tidak dapat dikatakan. Dalam hal ini bukan berarti akal hendak membuktikan adanya Tuhan, tetapi membuktikan bahwa ada dasar yang kuat untuk percaya. Dengan demikian akal membuka ruang untuk iman. Yang perlu diingat adalah Tuhan tidak dicipakan oleh akal manusia, melainkan ditemukan oleh akal, sebab Tuhan sudah selalu di sana, tetapi pikiran sering terhalang untuk melihatnya.
Kembali pada dimensi titik garis tadi, ketika kita secara berurutan menangkap titik-garis-bidang-ruang dalam akal kita, apakah terpikirkan juga di mana titik-garis-bidang-ruang itu menampak? Tentu saja titik-garis-bidang-ruang menampak pada suatu (katakanlah) bidang. Pada saat itu saya mengambil kesimpulan bahwa seluruh jagad raya ini berada di dalamNya. Dalam bahasa Eksistensialsme, Tuhan adalah sesuatu yang melingkupi. Dalam jenis kepercayaan disebut panteisme.
Persamaan panteisme dan monisme adalah bahwa segala sesuatu adalah tunggal adanya. Perbedaannya, dalam monisme Tuhan terlebur dalam dunia. Dunia merupakan ada yang tunggal dan mutlak. Karena sifatnya yang mutlak itu, maka dunia masih dapat disebut dengan nama Tuhan. Sedangkan dalam panteisme, dunia melebur dalam Tuhan. Dunia merupakan bagian dari hakikatNya.
Pertanyaan "Apakah Tuhan ada?" dan "Bagaimana Tuhan?", oleh agnotisisme tidak dijawab. Oleh ateisme disangkal. Oleh monoteisme (Yahudi, Kristen, ISlam), dijawab sedikit. Oleh monisme-panteisme dijawab secara penuh. Monisme-panteisme terlalu banyak mengetahui tentang Tuhan, dan Tuhan tidaklah sungguh-sungguh transenden.
Lalu di manakah keberadaan Tuhan? Dalam monoteisme-islam, inilah yang dilakukan para sufi, dengan tasawufnya mereka mencari titik wahdatus syuhud, kesatuan dalam penyaksian. Meskipun antara Tuhan dan manusia berada dalam satu titik, tetapi tetap ada yang menyaksikan dan yang disaksikan. Semanunggal-manunggalnya antara manusia dan Tuhan, tetap ada jarak yang tak terjembatani antara keduanya. Tuhan ya Tuhan, manusia ya manusia.
Konsep wahdatus syuhud ini diserap oleh pandangan kebatinan orang jawa menjadi manunggaling kawulo gusti Syekh Siti Jenar. Melalui pandangan panteistik inilah kepercayaan jawa bisa menyerap agama Islam. Dan sebaliknya agama Islam bisa tumbuh subur di Jawa.
Secara kasar dapat dikatakan bahwa dalam Islam, Tuhan bersifat person dan bersinggasana di arsy-nya dan tetap transenden. Sedangkan dalam panteisme, manusia dan Tuhan melebur jadi satu, seluruh kosmos itu illahi, Tuhan tidak lagi transenden.

TASAWUF

[ Seri Tasawuf ]
Kerendahan hatimu mengatakan, "pantaskah aku untuk masuk ke dalam pintu makrifat, sedangkan amal ibadahku belum mencukupi?".
Ketika salah satu pintu makrifat terbuka untukmu, jangan berkecil hati karena sedikitnya amal ibadahmu. Jika Allah berkehendak membuka pintu makrifat untukmu, bersiaplah melihat kebesaran dan kemahadahsyatan-Nya dan sifat-sifat Allah lainnya.
"Apabila engkau dibuka oleh Allah dengan suatu pintu makrifat, janganlah berkecil hati karena sedikitnya amal ibadah. Sesungguhnya Allah ingin membuka hatimu, karena Ia hendak memperlihatkan kebesaran-Nya kepadamu. Ketahuilah, sesungguhnya makrifat itu datangnya dari Allah, sedangkan amal ibadah itu darimu. Maka lebih baik mana antara sesuatu yang datang dari Allah dengan yang datang darimu?" ( Al-Hikam, pasal: 8 )

Manusia dan Realitas

saat seseorang berbicara, ia menggunakan bahasa. bahasa mempunyai struktur yang harus ditaati oleh subjek/individu yang berbicara. jika tidak, maka ia tidak akan pernah dimengerti, baik oleh dirinya sendiri apalagi orang lain. mungkinkah manusia menentukan sebuah bahasa? atau mempengaruhi sebuah bahasa?
bahasa, dalam perjalanannya selalu ada muncul istilah baru yang diciptakan oleh kelompok atau individu, tetapi saat ia sudah menjadi istilah yang dikomunikasikan, maka ia menjadi milik bersama, istilah itu tidak dapat lagi ditarik karena sudah menjadi bagian dari sistem, menyatu dalam struktur.
itu terjadi juga dalam realitas manusia, dalam kebudayaan. mungkinkan manusia merangcang sebuah kebudayaan?
di dalam berbahasa, struktur yang paling dominan bukanlah yang secara sadar kita gunakan seperti gramatikal, melainkan struktur yang tidak sadar dan menempatkan dirinya dalam kesadaran tanpa disadari. sebuah contoh adalah mitos ratu penguasa pantai selatan di tempat kelahiran saya Pelabuhan Ratu. "bukan bagaimana manusia memikirkan mitos-mitos, melainkan bagaimana mitos-mitos dipikirkan dari dirinya sendiri, dalam manusia" (Levi-Strauss). mitos ratu pantai selatan hidup di dalam kehidupan masrayakat pantai selatan. mitos-mitos dari suatu masyarakat membentuk pembicaraan (perilaku) masyarakat, tetapi pembicaraan itu tidak dilakukan oleh pribadi, tetapi sebaliknya mitos itu berbicara melalui pribadi.
tidak ada lagi subjek. objek tidak dihasilkan oleh subjek, melainkan subjeklah yang dihasilkan oleh objek sebagai sebuah sistem/struktur yang tidak berpribadi.untuk itu tidak dikatakan "saya berpikir", melainkan "ada sesuatu yang berpikir di dalam diri saya"
pengertian mitos di sini bukan hanya yang dimaksudkan cerita dongeng, cerita kuno, tetapi sebuah sistem nilai yang tanpa sadar membentuk pembicaraan pada masyarakat. sistem nilai yang kita anut saat ini juga ("sains", agama, politik) adalah mitos juga. kita hidup berdasarkan sebuah sistem, sebuah struktur yang terdiri dari subsistem-subsistem.
pertanyaan yang muncul adalah : apakah realitas fundamental manusia itu berbentuk kehadiran manusia pada dirinya sendiri melalui kesadaran, penguasaan diri melalui kebebasan, ataukah sebaliknya, apakah tingkat kesadaran itu tidak lain hanya semacam pemantulan saja, yang bersifat ilusi dari tingkat non-sadar yang mengandung kebenaran otentik tentang diri kita?
demikianlah
terjalin di bawah pandangan kita takdir manusia
namun hal itu terjalin secara terbalik
melalui alat-alat pintal yang aneh itu
takdir manusia dikembalikan kepada bentuk-bentuk kelahirannya
pada asal mula yang memungkinkan munculnya manusia
tetapi bukankah itu suatu cara untuk membawa manusia kepada kematiannya?

Monday, May 11, 2015

Kata sejarah berasal dari bahasa arab yakni dari kata “Syajarotun” yang mengandung makna sebagai  pohon,  hal ini berarti bahwa sejarah bila di kaji secara simetris maka hampir menyerupai pohon, dimana dalam tubuh pohon terdapat ranting, cabang, yang mana pertumbuhannya di mulai dari sebuah bibit dan kemudian berkembang menjadi besar dengan waktu yang cukup lama kemudian menjadi tumbang. Disisi lain sejarah di katakan sebagai sebuah kata silsilah, kisah, hikayat menurut bahasa islam. Yang mana dalam memaknai sejarah maka akan di berikan 2 konsep besar yang mengartikan sejarah adalah :
Susunan dari rangkaian peristiwa pada masa lampua, keseluruhan hasil pengalaman manusia dan sebagai suatu cara fakta fakta dapat terseleksi, dan kemudian di ubah dan di jabarkan dan lalu di analisis.

Pengertian Sejarah Peradaban Islam

Konsep yang perlu di ketahui adalah:
  • Pertama adalah bahwa konsep sejarah akan memberikan pemahaman akan arti objektif tentang masa lampu atau yang telah lewat.
  • Kedua adalah sejarah adalah menunjukan makna yang subjektif karena  masa lalu tersebut adalah sebuah kisah atau cerita.
  • Dengan pemahaman mengenai sejarah dan artinya secara luas maka disini anda akan di jelaskan mengenai pengertian sejarah peradaban islam menurut para ahli.
Dimana para orang pemikir  atau para ahli yang berasal dari umat islam mengartikan sejarah peradaban islam  merupakan suatu perkembangan dari kemajuan kebudayaan islam dalam kacamata sejarahnya dan peradaban islam mengandung berbagai pengertian yang sangat luas lainnya.
Yang pertama sejarah peradaban islam merupakan hasil dari kemajuan dari tingkat kecerdasan akal ada dalam satu periode kekuasaan islam yang di mulai dari periode Nabi Muhammad SAW hingga perkembangan islam saat ini.
Yang kedua sejarah peradaban islam merupakan kumpulan hasil hasil  yang telah di capai oleh umat islam pada lapangan kesusastraan, ilmu pengetahuan serta kesenian.
Yang ketiga sejarah peradaban islam merupakan kemajuan dari politik kekuasaan islam yang telah perperan dalam melindungi pandangan hidup islam terutama dalam  kaitannya dengan ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup yang ada  di masyarakat.


SURAT LAMARAN KERJA

Sukabumi . 17 Februari 2017 Perihal : Lamaran Kerja Lam     : - KepadaYth : Bapak/ibu Bagian Personalia/HRD PT.  ANGIN RI...